Braga, salah satu kawasan yang tak pernah sepi di Bandung. Kawasan yang masih mempertahankan struktur bangunan lamanya ini memang menawarkan berjuta cerita. Kesan ‘tua’ yang diberikan oleh Braga seakan mampu membuat banyak orang mengingat kembali akan sejarah Kota Kembang.
Di sini, juga terdapat berbagai tempat makan legendaris yang sudah berdiri sejak puluhan tahun. Sebut saja toko roti Sumber Hidangan dan Braga Permai yang masih kokoh berdiri di Jalan Braga. Tak hanya dua itu, masih ada satu toko yang dulunya dikenal sebagai toko buku namun kini telah berubah fungsi sebagai toko kopi. Adalah Toko Kopi Djawa yang dulu sempat menjual aksara, kini menawarkan cita rasa.
Menjadi salah satu tempat ngopi paling hits di Bandung, Toko Kopi Djawa memang terbilang cukup unik. Bukan hanya dari segi bangunannya saja yang masih mempertahankan bangunan lama, namun juga menu kopinya sendiri yang menurut saya patut diberikan acungan jempol. Penasaran dengan keunikan lainnya? Yuk, simak ulasan di bawah ini.
Baca juga: kopi indonesia
Baca juga: kopi indonesia
1. Sebelum jadi toko kopi, Toko Buku Djawa sudah ada sejak 1955
Dulunya toko kopi ini adalah sebuah toko buku populer yang sudah berdiri sejak tahun 1955. Bahkan, saking populernya, Toko Buku Djawa sempat menjadi latar tempat beberapa film dan selalu menjadi rujukan pelajar yang mau membeli buku bacaan.
Konon, BJ Habibie dulunya adalah salah satu pelanggan setianya. Namun sayangnya, kepopuleran Toko Buku Djawa tak lantas membuatnya bertahan dan akhirnya harus tutup pada tahun 2015. Dari toko buku, kini tempat ini beralih fungsi menjadi tempat ngopi
2. Suasana jadul yang memberikan kesan tempo dulu
Resmi dibuka pada Desember 2017, Toko Kopi Djawa tetap masih menempati lokasi yang sama dengan struktur bangunan yang juga dibiarkan sama alias tidak ada perubahan sama sekali dari tempat ini walau sudah berubah fungsi.
Menurut cerita orang-orang yang sudah sering ke Toko Buku Djawa, tampilan luar Toko Kopi Djawa nyaris tidak berubah. Masih dengan jenis font yang sama, jendela, lantai, dan pintu yang sama. Yang berbeda hanyalah aktivitas orang di dalamnya. Kesan jadul masih dipertahankan oleh tempat ini, sehingga pengunjung pun seakan terbawa pada kenangan Bandung tempo dulu.
Berkunjung pada hari Minggu pukul 11.30 WIB, tempat ini telah ramai dipadati pengunjung. Bahkan, sulit untuk saya menemukan tempat duduk yang kosong. Kalu menurut pantauan saya, kebanyakan orang datang justru bukan orang Bandung asli, terlihat dari logat bicara mereka yang mirip dengan orang Jakarta. Rata-rata pengunjungnya didominasi oleh anak muda, namun tak sedikit dari orang dewasa yang turut datang membawa anak-anak mereka.
Toko Kopi Djawa sangat mudah ditemukan, tanpa bantuan Google Maps sekali pun. Kamu hanya perlu menelusuri kawasan Braga dengan berjalan kaki, dan tempat ini akan langsung kamu temukan. Warna merah pada font Toko Kopi Djawa membuatnya sangat mencolok, apalagi font tersebut ditempel di dinding kaca dengan ukuran yang sangat besar. Siapa pun yang melihatnya pasti akan langsung penasaran dengan tempat ini. Apalagi, biasanya keramaian sudah terlihat dari luar toko kopi.
Dari luar toko, kamu bisa melihat langsung interior serta kerumunan orang di dalam toko. Memasuki area toko, ternyata sudah banyak orang yang mengantre di kasir. Saya pun masih sibuk mencari bangku yang kosong supaya saya bisa lebih menikmati kopi yang saya mau pesan. Ukurannya sendiri tidak terlalu besar, namun memanjang ke dalam.
Tepat di pintu masuk, disediakan bangku kayu memanjang dengan sekat yang dimanfaatkan sebagai meja kecil. Bangku yang berlapis kain boho ini paling hanya bisa menampung sekitar 4 orang saja. Bangku memanjang juga tersedia di depan meja kasir lengkap dengan kain boho yang melapisi bangku. Dua bangku kecil turut disediakan di depan meja bar. Memasuki bagian dalam toko, ada meja memanjang di bagian tengah dengan total 10 kursi. Serta ada sebuah kursi kayu memanjang di sampingnya yang hanya bisa menampung 4 orang.
Suasana hangat dan teduh sangat terasa dari lampu gantung temaram serta tanaman gantung yang menghiasi sudut ruangan. Mengingat dulunya tempat ini adalah toko buku, terdapat beberapa rak yang berisi aneka buku bacaan. Beberapa buku juga sengaja diletakkan di meja panjang, sehingga kamu bisa menyesap kopi sambil bersantai membaca buku.
Tapi sayangnya, buku bacaan tersebut justru jarang dihiraukan oleh para pelanggan. Dan kebanyakan dari mereka malah memanfaatkan buku bacaaan sebagai aksesoris untuk mempercantik foto mereka. Ohiya di ruangan paling pojok rupanya ada banyak merchandise Kopi Toko Djawa yang dijual bersama dengan barang-barang menggemaskan lainnya. Kebanyakan sih barang-barang yang dijual adalah produk lokal.
3. Kopi susu menjadi menu andalannya
Setelah mendapatkan tempat duduk di dekat pintu masuk, saya pun bergegas mengantre mengingat antrean semakin panjang. Tujuh menit berlalu, akhirnya giliran saya untuk memesan. Pada menu yang disediakan, terlihat menu kopi susu menjadi menu unggulannya. Karena penasaran, saya memesan Es Kopi Toko Djawa (Rp 20.000) dan Es Kopi Awan (Rp 24.000).
Tepat di sebelah kasir terdapat etalase roti dan kue yang menjajakan beberapa kue. Sayangnya, pada saat itu, hanya ada beberapa pilihan kue saja. Pilihan pun jatuh pada chocolate brownies (Rp 15.000).
Pilihan menu kopi lainnya juga disediakan. Dalam menu Kopi Mewah tersedia espresso, long black yang bisa dipesan dalam panas atau dingin, cappuccino, latte, piccolo, affogato. Bagi yang tidak suka kopi tenang saja, karena Toko Kopi Djawa juga menyediakan menu minuman non-coffee, di antaranya chocolate, mocha, green tea, ice hazelnut latte, dan lain sebagainya.
Setelah selesai memesan, setiap pengunjung akan diberikan alat panggilan, sehingga kamu tidak perku memenuhi area kasir untuk menunggu minumanmu selesai diracik. Hanya berselang 10 menit, alat panggilan saya bergetar, artinya minuman saya sudah siap diambil di meja kasir.
Dari segi penyajian, kopi susu yang disajikan di sini sama dengan gaya penyajian kopi susu kekinian yang banyak ditemukan di Jakarta, dengan gelas plastik yang dilapisi dengan cover plastik. Turut disediakan juga sedotan plastik dan gula pasir bubuk yang bisa diambil di dekat meja kasir.
Soal rasa, Es Kopi Toko Djawa memiliki rasa pahit yang sebenarnya tidak terlalu strong, namun rasa creamy dari susu juga tidak begitu mendominasi. Sedangkan, gula Jawa yang menjadi pemanis pada kopi ini cukup terasa. Meski kopi susu, namun teksturnya tidak sekental kopi susu kekinian yang marak ada di pasaran. Rasanya, menu ini kurang cocok bagi kamu yang benar-benar pecinta kopi, karena rasa pahitnya tidak dominan.
Sementara, Es Kopi Awan adalah menu yang paling banyak di pesan, terlihat dari banyaknya orang yang memegang menu satu ini. Namanya yang unik tentu bisa bikin orang penasaran, termasuk saya yang tergoda memesannya. Nama awan sendiri berasal dari foam susu yang digunakan sebagai topping minuman.
Susu sengaja dibuat seperti foam hingga menyerupai awan sehingga mendapatkan tekstur fluffy yang lembut. Sebenarnya basekopi satu ini masih sama dengan Es Kopi Toko Djawa. Rasa gula Jawa-nya juga masih sedikit terasa. Namun, rasa manis nan creamy dari pencampuran susu dan gula Jawa sangat mendominasi. Minuman ini sangat cocok diminum di kala cuaca Bandung yang saat itu sedang terik.
Untuk brownies chocolatenya, saya cukup puas dengan rasanya, karena tidak terlalu manis dan tercecap sedikit rasa pahit khas cokelat yang tertinggal di ujung lidah. Sayangnya, saya kurang suka dengan teksturnya yang mudah hancur saat dipotong dan tidak chewy seperti chocolate brownies fudgy pada umumnya. Meski begitu, tekstur bagian tengahnya masih moist sehingga membuat saya ketagihan dengan rasanya.
Secara keseluruhan, konsep yang diusung Toko Kopi Djawa memang menarik dan mampu mencuri perhatian siapa pun yang melewatinya. Meski tempat ini menyediakan beberapa tempat duduk, namun Toko Kopi Djawa menawarkan konsep coffee shop on the go, sehingga tersedia kemasan-kemasan yang mudah dibawa jalan-jalan.
Dekorasi toko yang masih memiliki kesan lekat dengan Toko Buku Djawa dapat memberikan perasaan yang menyenangkan bagi siapa pun yang sebelumnya sudah akrab dengan Jalan Braga. Bagi kamu yang mau ke sini, Toko Kopi Djawa buka dari jam 10 pagi hingga 10 malam. Bagaimana? Tertarik berkunjung ke Toko Kopi Djawa?
Sumber review buka lapak
Sumber review buka lapak